Pagi ini saya dibangunkan oleh pesan singkat dari salah seorang teman yang mengatakan:
met weekend,cha’
Saya sempat tersenyum sendiri sambil memeluk guling kembali karena pagi ini sejuk sekali. Saya sempat lupa dengan kata ‘weekend’ itu sendiri. Sepertinya sudah hilang dari kamusku sejak enam bulan yang lalu.
Mulai bulan Juni tahun ini, hari-hari saya sama saja. Mau weekend atau bukan weekend. Sama saja. Bukan karena saya sangat sibuk di hari itu tapi justru karena setiap hari saya hanya bermalas-malasan. Saya bisa menentukan tiap hari adalah weekend karena sudah tidak tahu lagi di mana pekan berawal. Siklusnya sama saja. Saya sudah lupa hari. Yang menandakan kalau itu adalah hari sibuk adalah teriakan-teriakan di pagi hari untuk membangunkan adikku pergi ke sekolah.
Dan kemudian saya mendaulat tahun ini sebagai tahun malas-malasan pada salah satu perjalanan hidupku. Sepertinya saya sangat membenci bagaimana saya harus melawan diri saya setiap hari untuk beranjak dari tempat tidur, depan game saya, depan televisi saya dan melakukan hal-hal yang lebih penting seperti memperbaiki skripsi saya dan segera sidang.
Saya sangat ingin rutinitas seperti waktu masih sekolah atau kuliah dulu. Tidak seperti saat ini. Bangun pukul delapan pagi, sarapan, nonton televisi, mandi, nonton lagi atau baca buku, tidur siang, nonton lagi, jadi supir, main game dan kemudian tidur lagi. Setiap hari hampir seperti itu, kecuali hari senin yang harus diselingi dengan mengajar privat anak esempe yang hampir tamat.
Ayo, berikan saya pekerjaan. Pekerjaan yang menghasilkan uang tentunya. Hohohohoho...Jangan malu-malu ya?
Jika dibaca lagi kegiatanku setiap harinya enam bulan terakhir ini, tidak ada olahraga sama sekali. Badanku melar lagi. Urgh!
That’s all...yoga’s waiting...
met weekend,cha’
Saya sempat tersenyum sendiri sambil memeluk guling kembali karena pagi ini sejuk sekali. Saya sempat lupa dengan kata ‘weekend’ itu sendiri. Sepertinya sudah hilang dari kamusku sejak enam bulan yang lalu.
Mulai bulan Juni tahun ini, hari-hari saya sama saja. Mau weekend atau bukan weekend. Sama saja. Bukan karena saya sangat sibuk di hari itu tapi justru karena setiap hari saya hanya bermalas-malasan. Saya bisa menentukan tiap hari adalah weekend karena sudah tidak tahu lagi di mana pekan berawal. Siklusnya sama saja. Saya sudah lupa hari. Yang menandakan kalau itu adalah hari sibuk adalah teriakan-teriakan di pagi hari untuk membangunkan adikku pergi ke sekolah.
Dan kemudian saya mendaulat tahun ini sebagai tahun malas-malasan pada salah satu perjalanan hidupku. Sepertinya saya sangat membenci bagaimana saya harus melawan diri saya setiap hari untuk beranjak dari tempat tidur, depan game saya, depan televisi saya dan melakukan hal-hal yang lebih penting seperti memperbaiki skripsi saya dan segera sidang.
Saya sangat ingin rutinitas seperti waktu masih sekolah atau kuliah dulu. Tidak seperti saat ini. Bangun pukul delapan pagi, sarapan, nonton televisi, mandi, nonton lagi atau baca buku, tidur siang, nonton lagi, jadi supir, main game dan kemudian tidur lagi. Setiap hari hampir seperti itu, kecuali hari senin yang harus diselingi dengan mengajar privat anak esempe yang hampir tamat.
Ayo, berikan saya pekerjaan. Pekerjaan yang menghasilkan uang tentunya. Hohohohoho...Jangan malu-malu ya?
Jika dibaca lagi kegiatanku setiap harinya enam bulan terakhir ini, tidak ada olahraga sama sekali. Badanku melar lagi. Urgh!
That’s all...yoga’s waiting...
0 komentar:
Post a Comment