CLICK HERE FOR THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES »

Friday, December 8, 2006

Perempuan Menulis Perjalanan

Place : Makassar – Desa Tompo Bulu, Pangkep – Makassar
Date : 27 November 2006 – 3 Desember 2006
Starring : Fasilitator : 1. K’Puthut
2. Bang Saleh
3. Mbak Fitri
4. Pak Roem
Panitia Rumah Kamu: K’ Nyomnyom, K'Aan, K'Piyo, K'Jimpe, K'Anno, Eji, K'Yazid,Dedy,K'Mancu
Peserta:Ika,Pitto,K'ni,Rida,Fitri M,Atik,Ila,Me,K'Shanty,K'Enny,Nanny,Olha,Nini,Nahla


(sebelum hari H)
Tentu saja diawali dengan lulusnya cerpen saya untuk mengikuti program WWN ini. Sebenarnya saya nothing to lose waktu memasukkan karya sa ke Rumah Kamu, karena via email plus pemberitahuan lulusnya terlambat. Tetapi, ternyata saudara-saudara, saya lulus dan diijinkan!

Day One...Senin, 27 Nope 2006..
I am so excited! Berangakat ke Biblioholic diantar sama bapak dan mama. Tiba di sana pukul 7.30 dan kemudian berbaur dengan peserta yang lain. Semuanya belum ada yang saya kenal. Terus teman pertama namanya Hasni anak FK angk.2000. K’Enny(panggilan Hasni) ini enak sekali di ajak ngobrol. Dan kemudian saya semakin yakin that we should have something in common untuk mengawali ngobrol enak.
15 menit sebelum jam 09.00, K’Aan dan K’Nyomnyom membagikan program kit yang isinya antara lain peta lokasi desa yang akan kita tempati, flyer Rumah Kamu, pembagian homestay, dua buah cerpen dari salah dua peserta yang (sepertinya) terbaik di antara kami semua. Diiringi pemberitahuan di sana tidak ada sinnyal.
It’s time to go. Pukul 9.15 kita berangkat meninggalkan Biblioholic. Makassar panas sekali, mudah-mudahan di tempat pelatihan nanti hawanya dingin. Busnya sudah mulai berjalan. Di pertigaan mandai (Bandara Hasanuddin) ada truk ringsek tapi entah siapa lawannya. Terlihat kedua penghuni truk itu masih dalam keadaan bernyawa, meskipun yang seorang meringis kesakitan karena kakinya masih terjepit.
Sampai di Soreang kami berganti mobil yang lebih kecil karena konon kabarnya mobil besar tidak bisa naik sampai ke desa Tompo Bulu. Kami semua menggunakan tiga mobil. Satu mobil untuk mobil barang yaitu mobil pete-pete, satu mobil Daihatsu Zebra dimana saya berada dan satu mobil Suzuki APV dimana panitia dan fasilitator berada. Awalnya jalan yang dilalui datar-datar saja tapi sempat shock sesaat waktu pak supir menunjukkan desa yang akan kami datangi tepat di bawah puncak gunung Bulusaraung. Dan kemudian jalanan semakin mendaki dan mendaki dengan kemiringan mendekati 50 derajat dengan tikungan tajam. Pokoknya Camba dan Bulu Dua lewat deh...Pemandangannya indah sekali. I really need this after all the stuck things.
Pukul 11.50 kami tiba di Desa Tompo Bulu. Disambut di Balai Desa dan para orang tua angkat mulai berdatangan setelah ada pengumuman di masjid. Kamipun mulai diperkenalkan dengan orang tua masing-masing. Ternyata tidak semua orang tua angkat dapat berbicara bahasa Indonesia. Nama orang tua saya Dg.Paranna tapi yang menjemput saya kemarin adalah nyonyanya.
Seperti kebanyakan rumah yang ada diTompo Bulu, rumah saya adalah jenis rumah panggung. Sangat asri. Dan dari balkon rumah saya dapat melihat puncak Bulusaraung. Di rumah saya ada pasangan muda. Anak dari orang tua angkat saya. Cucu mereka masih berusia 40 hari. Laki-laki, namanya Fauzi Azhari. Sewaktu saya sampai banyak orang yang mulai berdatangan yan merupakan keluarga dari orang tua angkat saya. Saya menyesal sekali karena hanya sedikit membawa camilan.
Setelah makan siang, jam dua, saya menuju ke balai desa. Menurut jadwal yang dibagikan acara yang akan digelar adalah kontrak belajar. Diawali dengan perkenalan. And then I ruining myself to not speak well. I always did. Kagok! Saya itu tipe orang yang tidak terlalu bisa berbicara di depan umum, jadi perkenalannya kacau. Kabut turun menutupi puncak Bulusaraung. Di sesi ini juga diadakan pembagian tugas piket untuk membersihkan, menyiapkan permainan dan memanggil peserta yang terlmbat.
Jam delapan malam saya sudah mulai mengantuk. Mungkin karena kelelahan. Hujan deras dan cuaca dingin sekali. Actually, I’m not feel comfortable. Soalnya kamar di samping kiri-kanan saya adalah pasangan suami istri yang masih dalam usia produktif. Tempat tidur saya ada kelambunya. Dan saya takut sekali tempat tidur itu rubuh karena menampung badan saya yang berat.

Day Two.... Me against the cold...
Tadi malam dingin sekali. Saya bangun pukul 5 subuh. Airnya dingin sekali. Bingung waktu mau mandi. Kamar mandinya bolong-bolong. Belum lagi digonggongi anjing. Sempat blank sesaat karena tidak tahu mau gimana. Takut kalau ada yang intip. Pikir,pikir,pikir, akhirnya sarungnya basah juga. Serasa gadis desa. Di desa ini penduduknya sudah buang air dengan menggunakan jamban, walaupun di hari pertama rutinitas pagi itu belum berjalan dengan seksama.
Sarapan pagi itu adalah burung. Seumur-umur saya tidak pernah makan burung. Waktu saya tanya ibu saya jenis burung apa itu, beliau hanya bilang,”Burung itu yang biasa terbang-terbang”..Ya, iyalah semua burung terbang..
Di hari kedua ini saya mengira diri saya terlambat karena sudah jam 8 lewat. Ternyata saya yang datang terlalu cepat. Acaranya mulai jam sembilan. Untung K’Nyomnyom sudah datang. Jadi kita membersihkan balai desa dulu sebelum materi.
Materi pertama adalah pembahasan tenatang karya yang baik, dibawakan oleh K’Puthut. Serius nih, ini kakak adalah penulis yang sudah menelurkan enam buah buku tapi belum ada satupun karyanya yang saya sudah baca bahkan yang muat di Kompas sehari sebelum kami berangkat. Maafkan aku. Kurang baca memang. Ciri-cirinya berkacamata, berkulit bersih, tinggi usianya belum tiga puluh. K’Puthut menyinggung tentang dunia penerbitan di Indonesia dan dunia penulisan yang lain kaitannya dengan pembaca.
Materi selanjutnya diambil alih oleh Bang Saleh. Bang Saleh ini perawakannya tinggi, rambutnya gondrong, kulitnya sawo matang, ada darah pakistannya, usia hampir 50 tahun dan kalau menatap dalam sekali. Bang Saleh membahas tentang HAM. Dia membagikan salah satu bagian dari karya Les Miserable untuk dijadikan bahan diskusi. Setidaknya pada materi ini pengetahuan saya bertambah mengenai HAM, hukum dan negara. Tetapi bukan berarti saya berhenti beajar lho.
Kemudian hujan turun deras sekali. Sangat deras. Materi Perempuan dibawakan oleh Mba’ Fitri. Mba’ Fitri ini seorang psikolog. Tapi beliau tidak membuka tempat praktek. Kliennya kebanyakan ada di pasar tradisional, terminal penumpang kelas ekonomi dan di lokalisasi pelacuran. Mba’ Fitri sudah menikah. Orangnya putih dan tinggi. Suka sekali ketawa. Apalagi sudah muncul Nanny yang selalu saja membuat orang ketawa karena keluguannya. Materi Mba’Fitri dibuka dengan cerita salah seorang kliennya yang bernama Mak Ndut yang memiliki masalah yang sangat kompleks dalam kehidupannya. Mulai dari tanahnya yang digusur oleh pemerintah hingga akhirnya anak pertamanya yang meninggal karena aborsi. Pokoknya complicated banget deh...
Hari ini sudah ada acara malam. Katanya mau dipakai untuk bikin tugas dari Mba’Fitri. Ceritanya, kita disuruh membuat drama tentang perempuan. Saya sekelompok dengan Nanny, K’Shanty, Ila dan Pitto. Dan kebagian tugas untuk membuat drama tentang perempuan dari lahir hingga usia 18 tahun. Kelompok lain untuk usia 18-50 tahun dan 50 – akhir hayat. Sempat blank juga awalnya tapi kemudian datang K’Aan membantu kami. Pulangnya saya diantar Dedy soalnya gelap sekali dan banyak anjing. Di tengah jalan ketemu K’Aan dan K’Jimpe.


Day Three...Hidup Perempuan!!!!
Sarapan hari ini, indomie+telur rebus. Sudah itu jalan-jalan keliling kampung. Liat-liat. Pergi cari sinyal di kuburan. TApi tidak dapat-dapat. Kuburannya cantik sekali. Betul-betul Rest in Peace kata Eji. Saya menyesal sekali tidak bawa digicam.Huhuhuh...Akhirnya saya berani gendong Fauzi.
Di balai desa, sudah menunggu panitia. Sebelum materi Mba’Fitri dimulai, K’Nyom-nyom najak kita curhat tentang keluarga kita di sini. Keluarlah semua, ada yang terlalu ributlah, tidak mau makanlah, tidak bisa mandilah dan lain-lain.
Drama begin.Kacau pokoknya. Tapi Alhamdulillah, lumayan sukses ji. Ternyata permasalahan perempuan sangat kompleks.
Makan siang ada Pallumara.Hooray!!!
Sepertinya ini materi terakhir sebelum masuk di teknik menulis kreatif. Dibawakan oleh Pak Roem Topatimasang. Kata Pitto mirip Pak Bondan yang di wisata kuliner trans tv. Sudah cukup uzur kelihatannya tapi masih kuat. Bapak ini lucu pake all for all bawa materi. Pak Roem membahas tentang analisis social dan interaksi social. Kita kemudian menonton esai visual (esai yang berbentuk foto-foto) tentang penjual jamu yang ada di Paotere. Terus disuruh mengamati apa yang sebenarnya terjadi di esai itu. Fenomena sosial apa. Kita semua kemudian diberi tugas, setelah makan siang diperiksa, untuk mengamati apa yang ada di kampung itu. Yah, seperti biasa saya cuma bisa diam saja. Kurang sensitifka kayanya dengan lingkunganku.
I made a misteke today. Selesai materinya Pak Roem, saya plus Fitri M, Atiek, Olha dan Ika pergi cari sinyal yang tidak kutemukan di kuburan tadi pagi. Jauh sekali, sekitar 500 meter dari pusat desa. Hapeku tidak dapat sinyal. Nokia jelek sekali ya kalaua di atas gununf. Jadi nelponnya pake hapenya Fitri M yang Motorola. Tiga orang yang saya hubungi tiga-tiganya tidak ngangkat. BT!!Jadi,cuma sms saja. Pulang ke balai desa sudah maghrib, jalannya mendaki, untung ada anjing yang ikutin jadi kita semnagat jalannya. Hihihihi....Ternyata saudara-saudara, saya dicariin ibu saya kemana-mana. Untungnya nda diumumkan di masjid. Perasaanku tidak enak. Ternyata di desa ini kalau sudah maghrib harus pulang. K’Enny, Eji, Pitto, K’Jimpe dan K’Nyomnyom ikutan negur.
Ada acara nonton bareng esai visual tentang Desa Tompo Bulu, dan perempuan-perempuan yang ada di Sinjai yang pandai besi. Setelah itu ada diskusi sedikit tentang feminisme. Tambah pusing. Dapat tugas dari K’Puthut. Dikumpul besok..

Day 4..Hahahahaha too much!!
Seperti biasa, masih banyak saja teman-teman yang datang terlambat. Padahal ini sudah hari keempat lho...Materi hari ini sudah masuk teknik menulis. Artinya sampai hari sabtu nanti kita bergelut dengan K’Puthut.
Pemanasannya, membuat kalimat yang kemudian ditukarkan dengan teman di samping kiri, begitu seterusnya hingga kertas yang pertama kita tulis sampai ke kita. Seru, apalagi semua karangan sempat kacau karena ada Pito yang tulis tentang bisul. Untungnya karya teman-teman masih dapat diselamatkan, begotu juga karyaku. Kemudian dilanjutkan dengan menulis apa saja yang ngin kita ketahui tentang dunia penlisan. Banyak ternyata. Sudah itu kita mulai membahas tugas yang diberikan.
Setelah makan siang, ada game seru kita disuruh membuat karangan dari potongan koran. Terakhir kita disuruh menuliskan paragraph pembuka dari novel yang kita bawa dari Makassar. Tugas hari ini membuat cerita tentang yang dketahui dan yang tidak diketahui.
Makan malamnya sayur labu, manis labunya.
Acara malam diadakan karena ada yang tidak bisa mengerjakan tugas di rumah. Tetapi ternyata sesampainya di balai desa kebanyakan dari kita bermain teka-teki dan cerita-cerita lucu.Sampai sakit tulang pipiku karena ketawa. K’Puthut, Bang Saleh, Dedy, K’Aan, K’Jimpe dan sebagian teman-teman peserta saling melemparkan teka-teki. Nanny dan K’Puthut lucu sekali. Acara malam kali ini minus K’Anno, K’Enny, Mba’Fitri dan Ika.

Day 5...True to your heart..
Hari ini, hari Jum’at. Pendek.Tapi diskusi tetap panjang. Tetap K’Puthut dong yang bawa materi. Ternyata K’Puthut ini kuliah di Filsafat UGM. Wah, pantesan isi kepalaku sempat terbongkar. Pemanasannya membuat cerita dari 10 kata kerja dan 10 kata benda yang diajukan tiap-tiap peserta. Astaga, punyaku kacau sekali. Untung tidak dibacakan. Sempat juga dicalla K’Puthut waktu disuruh membuat dialog. Katanya punyaku kayak telenovela. Parah! Tapi harus kuat mental, karena bukan hanya saya sendiri yang dikasih begitu. Hari ini cukup serius pembahasannya. Terus ada kabar bagus dari Ininnawa, karya kita akan diterbitkan dalam bentuk kumpulan cerpen. Horee!!First step..
Tadi saya belikan ibu, mie instant, susu dan kecap.
Acara nobar malam ini adalah Mulan. Nostalgia lagi saya. Hihihi..Banyak anak-anak desa yang nonton. Pulangnya agak telat, karena printer ngadat. So, saya cerita-cerita tentang film-film Indonesia sama K’Jimpe, K’Mancu Bang Saleh, K’Aan dan K’Puthut. Pulangnya sudah dinanti anjing di depan rumah.

Day 6....Last day
Masih ingat kan cerpen yang dibagikan bersamaan dengan program kit? Materi terakhir hari ini tentang apresiasi karya sastra, dimana karya K’Shaty yang berjudul Kolam di Tepi Hutan yang dibedah. Cukup bingung juga. Dan berakhirlah materi teknik penulisan. Tepuk tangan...Tidak terasa.
Ternyata ada acara jalan-jalan ke Gunung Batu Putih. Sehingga teman-teman pada saat Mba’Fitri membawakan materi lagi kurang memustkan perhatian. Setelah materi Mba’Fitri beramai-ramailah kita menuju Gunung Batu Putih walaupun suasana sudah mulai mendung. K’Aan, Eji, K’Jimpe, K’Mancu, Dedy, K’Puthut dan Anno tidak ikut karena mereka menuju ke Bulusaraung.
Sudah setengah perjalanan, jalan mulai mendaki dan hujanpun mulai turun. Seperti biasa saya harus berhenti mengatur nafas. Saya merasa tidak safety saja untuk perjalanan kali ini, hanya menggunakan sandal jepit licin tanpa raincoat pula. Basahlah saya, dank abut mulai turun. Hujan mulai lebat. Pouring. Saya ditemani sama Mba’Fitri. Cerita-cerita dan memutuskan untuk turun. Keputusan yang sama diambil juga oleh Rida, Nyomnyom K’Yazid, K’Piyo, Nini, Ika dan Nahla.
Pulangnya langsung mandi. Ternyata K’Jimpe dan Eji juga gak lanjut sampai ke puncak Bulusaraung, entah mengapa.
Ibu saya sudah menyiapka buah tangan yang akan saya bawa pulang besok. Ada kue kaktus,beras, pisang, sawi dan tomat. 1 dus besar. Seperti pulang KKN saja. Ibu baik sekali. Padahal saya tidak memberikan beliau apa-apa.
Acara malam ada kmpul-kumpul dengan Pak Desa. Dilanjutkan dengan nobar The Grave of Freflies. Sedih filmnya

Day 7....Pulang!
Jam 8 kita berkumpul di balai desa. Sudah banyak orang dengan dus masing-masing. Ada yang tiga dusnya. Perpisahan sangat menyedihkan. Huhuhu...Orang-orang desa juga sedih. Ibu saya tidak berekspresi. Akhirnya kami semua bisa berfoto dengan melihat ke kamera, yang selama ini kalau kita sadar kamera selalu dimarahi.


Kami pulang membawa sebentuk cerita yang tak ada habisnya. Terima kasih untuk pihak Rumah Kamu yang sudah memberikan saya kesempatan untuk mengecap pengalaman yang sagat menyenangkan. Dan juga kepada teman-teman yang membuat hari-hari di Tompo Bulu bak pelangi tanpa kabut. Juga para pemateri yang telah expanding my horizon about this world....

0 komentar: