CLICK HERE FOR THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES »

Tuesday, March 11, 2008

Perempuan Menggugat Malam

Pementasan monolog ini dilaksanakan dalam rangka memperingati hari Perempuan Internasional yang jatuh setiap tanggal 8 Maret. Nontonnya diajak Sultra, walaupun sempat terjadi sedikit salah paham dengan waktu pemutaran dan HTMnya.
Setelah menitip untuk dibelikan tiket oleh Ali, saya dan Sultra langsung menuju ke tempat pertunjukan karena kami sudah telat gara-gara sempat kesasar di daerah Cikini. Dapat tempat duduknya di balkon, karena cuma mampu membeli tiket untuk daerah tersebut,hihihi.
Ternyata acaranya sudah mulai. Di panggung, yang kira-kira jaraknya dari tempat duduk saya seperti dari Balkon Baruga AP Petta Rani Unhas bangku paling belakang, dengan background 5 layar kira-kira berukuran 3 m x 1,5 m, terlihat Niniek L.Karim sedang berbicara dengan penonton sambil memasak. Memasak Nasi Goreng yang merupakan kesenangan suaminya. Dia bercerita tentang keadaan rumah tangganya. Bagaimana suaminya yang selalu mengatur kehidupannya hingga ia kehilangan kepercayaan diri karena dari urusan model rambut hingga pekerjaan semua harus minta persetujuan suami. Belum lagi kekerasan dalam rumah tangga yang dialaminya yang membuat sang perempuan pergi dari rumah membawa serta kedua anaknya. Sederhana tapi tepat sasaran!
Penampilan kedua dengan hanya meja kerja di atas panggung, dibuka dengan siluet perempuan mandi. Rieke Dyah Pitaloka berperan sebagai seorang politisi. Walaupun kesan Oneng-nya sesekali muncul tapi kecerdasan Rieke sangat menonjol dalam menyatukan semua isu-isu perempuan. Tentang kehidupan wanita karir hingga ke poligami. Saya suka bagian ini karena tidak terlalu mendiskreditkan laki-laki, ini terlihat waktu Rieke bercerita tentang suaminya yang selalu mendukung apapun yang ia lakukan.
Ria Irawan, sang Jablay Independen. PSK yang tidak ingin memakai jasa germo. Bercerita tentang kehidupan perempuan malam. Mungkin karena kesan yang ditinggalkan Rieke di babak sebelumnya sangat dalam, hingga Ria terlihat biasa saja atau mungkin banyak kata yang Ria ucapkan yang tidak keluar sempurna.
Klimaksnya, Rieke yang diikat tali dan mencoba melepaskan diri berkata," Kau pikir aku takut apa? Telah terlanjur ku ikrarkan janji pada payudara ibu yang kering hingga bernanah untuk menyusui bayi-bayi busung lapar yang ditinggal mati ayah karena TBC." (kira-kira seperti itu kata-katanya)

Saya puas!!Ini adalah pertunjukan teater pertama saya seumur-umur. Mungkin reviewnya kurang dalam. Maafkan, ini pandangan orang yang awam teater.

Terima Kasih kepada Sultra yang sudah mengajak saya untuk menonton, walaupun pegalnya minta ampun.

1 komentar:

soeltra said...

oi!
Judulnya Perempuan Menuntut Malam neng, mentang2 punya Thesaurus nih yee... (*gak nyambung!)
tunggumi reportaseku, biar kata fotonya amit2 dah gara2 kamera hape gak ngedukung :D

pokoke sblm gw ke negeri antah berantah, gw bakal sring2 ngajak lo ke TIM klo ada acra2 seru ok ;)

cheers,,