CLICK HERE FOR THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES »

Sunday, July 1, 2007

3 Hari untuk Selamanya


Sejak pekan lalu saya berencana menonton film ini bareng K’Enny- teman di WWN – tetapi batal karena sesuatu dan lain hal. Hari ini cita-citaku untuk menonton film ini tercapai. Perginya bareng Ikha, Nandha (adik Ikha), Mirna (sepupu Ikha) dan Lei (teman SMA Ikha). Ternyata nomat di PIM I ramai sekali, tidak jauh beda dengan nomat di MP. Penuh dengan anak-anak remaja. Mirna sebenarnya sudah nonton filmnya dan mengatakan kalau filmnya membosankan, tidak orisinil dan meaningless. Itu dikatakan oleh orang yang menilai film horror Indonesia adalah film yang orisinil. Untungnya tiket untuk film yang lain sudah habis (yess!!) dan penjaga loket yang galak sekali sehingga kita harus memilih film dengan cepat. Inilah untuk pertama kalinya saya duduk di deretan paling depan (hanya kursi-kursi itu yang tersisa).

Kami terlambat masuk sekitar 3 menit film sudah berlangsung memperlihatkan adegan Ambar (Adinia Wirasti) sedang asyik menggoyangkan tubuhnya di bawah kelap-kelip lampu diskotik.

Filmnya lumayan. Ardinia Wirasti memikat sekali, berperan sebagai anak orang kaya yang hanya tahu bersenang-senang. Dialog yang paling saya suka waktu dia berbicara dengan patung Bunda Maria di Sendangsono - tempat ziarah umat Katolik - , ”Halo Bunda Maria! Lama tidak berjumpa. Saya tahu saya bukan Katolik tapi saya pernah sekolah di TarQ” kemudian dia menyatukan kedua tangannya seperti cara umat kristiani berdoa dan berkata lagi,”I need your help..”
Nicholas Saputra, kayaknya, seperti biasa selalu kebagian dialog-dialog panjang dan selalu terlihat pintar saat mengucapkannya. Kalau mau lihat bagaimana mupengnya Nicholas, silahkan nonton film ini. Perhatikan adegan waktu dia memandang seorang ronggeng di pinggir pantai, yang kata Ambar suasana di situ, ”Busuk tapi mistis”.

Saya agak terganggu dengan jeda-jeda yang sangat banyak di film ini. Jedanya panjang sekali. Seandainya jedanya itu seperti dalam film-film Korea atau Jepang, dimana ada dua orang yang saling bertatapan dengan jarak tertentu dengan ekspresi masing-masing, mugkin saya tidak akan mengantuk sesekali dengan film ini. Dan tentu saja LSF yang membuat film ini menjadi sangat tidak rapi dan ta’gentung!

Secara(ceile!!) saya duduk di deretan paling depan, begitu lampu menyala setelah pemutaran film selesai, saya dapat melihat bentuk penonton-penonton lain di belakang. Astaga, sebagian besar penontonnya umur-umur yang SMP saja belum tamat!!*geleng-geleng


(Terima kasih, Kha! Untuk merchandise notebook dan kaos 3 Hari untuk selamanya!)

0 komentar: