CLICK HERE FOR THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES »

Sunday, November 26, 2006

Iran dan Pluralisme

Ini adalah catatan setelah mengkuti seminar pluralisme dan kebijakan-kebijakan Iran pasca krisis di Timur Tengah yang diadakan pada Jum’at, 24 November 2006. Pembicaranya duta besar Iran untuk Indonesia, Mr. Kamalvandi, Mantan duta besar Indonesia untuk Iran sekaligus mantan rektor Unhas Bapak Basri Hasanuddin dan pembicaran ketiga adalah Kang Jalal.
Seminarnya ramai sekali. Sampai banyak yang lesehan. Pesertanya mulai dari balita hingga manula. Tapi panitianya terlalu lelet seingga balitanya banyak yang menangis sesekali dan mengganggu orang-orang yang tidak paham kalau balita itu belum bisa bertoleransi dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Mungkin ini disebabkan karena acaranya mendadak seperti yang Ibu PR.IV Unhas katakan pada saat membuka acara. Padahal topiknya sangat menarik. Pluralisme dan Iran. Belum lagi pembicaranya.
Pembahasan pertama dibuka oleh dubes Iran dengan menggunakan bahasa Persi. Tentu saja ada interpreter yang akan mengartikan apa yang beliau katakana. Sesama orang persi yang fasih berbahasa Indonesia. Sepertinya saya pernah melihatnya (interpreter), ternyata orang yang sama dengan yang mendampingi presiden Ahmadinejad waktu diwawancara di televisi (lupa stasiunnya, kalo gak salah Metro TV) pada saar berkunjung ke Indonesia. Bapak dubes Iran berbicara mengenai timur tengah, mulai dari letak geografis, zionisme, holocaust hingga kebijakan luar negeri Iran terhadap konflik di Timur Tengah. Intinya beliau menegaskan bahwa Iran tidak akan pernah dan tidak akan mengakui eksistensi Israel dan tidak mempunyai hubungan apapun denga Israel secara formal maupun informal. Dari pandangan Iran, krisis di Palestina adalah puncak dari ketidakadilan dunia internasional. Pembentuka rezim zionis daria awalnya didasarkan pada kezalian dan kepentingan politik negara-negara tertentu, dan sayangnya upaya ini hask-hak bangsa Palestina dan negara kawasan ini selalu diabaikan. Dan menurut Iran, solusi dalam permasalahan ini adalah dengan dilaksanakan referendum dengan mengikutsertakan seluruh penduduk wilayah Palestina, antara lain Muslim, Kristen dan Yahudi agar mereka dapat menetukan nasib sendiri.
Topik kemudian beralih ke Pluralisme yang di bawakan oleh Prof. DR. Jalaluddin Rakhmat setelah mengatakan kalau Prof. Basri Hasanuddin akan mendapatkan giliran terakhir sebagai tuan rumah. Sebagai catatan, beliau adalah salah seorang penulis favorit saya. Dan saya sangat senang bisa melihat beliau secara langsung dan mengikuti sedikit ceramah beliau. Menurut saya, beliau tidak hanya mampu bertutur secara tulisan tapi juga dengan lisan. Singkat dan mudah dipahami. Apa yang beliau sampaikan sedikit banyak termaktub di buku terbaru beliau yang berjudul Islam dan Pluralisme. Buku mungil yang bersampul bolong terbitan Serambi. Menurut Kang Jalal, Pluralisme adalah anggapan akan memperoleh keselamatan pada hari akhirat apapun agama yang dianut. Sebenarnya ada kajian lanjutan di IMMIM setelah acara seminar ini tapi saya tidak ikut. Untuk lebih jelasnya silahkan membeli bukunya saja yaa..
Prof. Basri, sebagai pembicara ketiga, lebih banyak bercerita tentang pengalaman beliau sewaktu menjabat sebagai dubes Indonesia di Iran. Beliau juga sedikit membahas pertanyaan tentang perbedaan sambutan rakyat Indonesia terhadap Presiden Ahmadinejad dengan Presden Bush yang sangat besar. Dan saya pikir kita semua tahu jawabannya mengapa. Selain itu beliau mengorek sedikit hubungan Iran dengan kelompok perlawanan Hezbollah di Libanon.
Saya tidak ikut sesi kedua dari seminar ini yang dilanjutkan ba’da sholat Jumat. Harus mengurus berkas ijin siding yang ternyata hanya boleh diurus setelah wisuda priode Desember selesai. Itu artinya bulan Januari. Apa yang harus saya lakukan sebulan ini?
Main game?
Tulisannya serius sekali ya?Hehehe..

0 komentar: