CLICK HERE FOR THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES »

Thursday, February 21, 2008

this isn't a goodbye

Finally...
It's time for me to check out....

Monday, February 4, 2008

Saudara Saudari


Seperti ini kira-kira hubungan kami:

Acce : “Ayo mi!” (artinya saya, yang sedang tidur-tidur ayam, harus beranjak dari kursi ruang tamu untuk segera mengantarnya ke sekolah)

Indah : “Jangan kunci pintu ya, saya pulang sebentar” (biasanya pesan pendek yang berbunyi seperti ini datang Jumat sore)

Aco: “Weh, kirimkan dule uang, plis!plis! janganko kasih tau Bapak nah?”

Didit : “Kakak Ocha, pinjam tip-ex ta” (anak sekolah yang alat-tulisnya tidak lengkap)

Saya :”Kenapa ko bertanya terus?” (marah sama Didit karena selalu bertanya yang tidak penting di tengah-tengah saya lagi setengah mati melawan PMS)
Didit: “Kenapakah kita’ marah-marah terus?”

Acce: “Hemu,hemu!”
Saya : “Kasih pisahki itu hamstermu, karena yang betina disiksa sama yang jantan yang mau sekali kawin”(alhasil, setelah dipisah yang betina hilang)

Indah : “Siapakah yang selalu kasih berantakan rumah kalau saya ada disini?”(sambil ketawa-ketawa, menghina diri sendiri)
Saya dan Acce : “Dia itu!”

Saya : “Co, bangun! Jam berapa ko kuliah?”
Aco : “5 menit lagi”
Saya : “Co, bangun!!”
Aco : “Ko itu kalau kasih bangunka dengan kata-kata yang buat saya merasa bersalah, supaya cepatka bangun”

Didit : “Kakak Ocha, Happy Feet sebentar main.”
Saya : “Apa? Epifit? Apa itu? Obat kurus baru?”
Didit : “Bukan, Happy Feet!”
Saya : “Apa?”
Didit : “Penguin-penguin, Happy Feet”
Saya : “Ooo, Happy Feet. Saya kira ko bilang Epifit”
Didit : “Dasar penguin!!”

Saya : “Ce, bangun mi ko. Main Kick Andy, Laskar Pelangi”(malam-malam)
Acce: *ngulet-ngulet (tidak bangun-bangun)

SMS dari Aco : “W Laskar Pelangi di Metro”(siang-siang besoknya)
SMS dari Aco ke Indah : “W Laskar Pelangi di Metro”
(besoknya lagi)
SMS dari Indah : “Aa gym d metro”

kepada kata-kata

kau datang menikam setiap
apa yang ada di kepala
seperti hujan biji jagung sepagi tadi
yang memukul-mukul atap retak

bergerak-gerak menggeliat
mencoba untuk berdurhaka
dengan jejari yang tidak
juga membiarkanmu menggelegak

Februari 2008

bukan doa tidur

di dalam tidur aku
selalu menunggu apa yang disajikan
malaikat di balon-balon mimpi
apakah dirimu
atau dirinya

malam tadi aku berteriak
sangat keras hingga tercekat
mencoba terjaga sambil menggumam
ayat-ayat tuhan
mengusir malaikat yang lancang
meletakkan orang asing di gumpalan awan itu
yang bukan dirimu
atau dirinya


februari 2008

Pilkada Annoying

Saya mau sedikit berkomentar tentang hiruk pikuk pilkada. Setiap pagi saya lewat di jalan yang sama, mengantar adik-adik saya ke sekolah. Dulu, iklan rokok yang sangat mengganggu. Sekarang atribut pilkada lebih mengganggu lagi. Manusia-manusia yang ingin mencalonkan diri (kembali) manjadi pejabat menyeringai seperti model-model ibukota.

Orang-orang itu sudah seperti produk saja, seolah-olah berkata,”Beli saya!!Beli saya!!”.

Saturday, February 2, 2008

saya pernah ingin menjadi...

Waktu kecil dulu, sebelum mengenal bangku sekolah, saya pernah bercita-cita menjadi tentara. Menurut saya, dulu, tentara itu gagah. Berbaju hijau. Selain itu sepertinya cita-cita ini diilhami oleh salah seorang tante saya yang menikah dengan tentara.
Semakin bertambah usia, cita-cita saya semakin tidak nyambung dengan cita-cita awal. Saya punya tiga cita-cita besar sewaktu duduk di bangku SD. Pertama, saya ingin menjadi pemain bulu tangkis. Saya dan teman-teman semasa kecil suka bermain bulu tangkis di depan rumah. Bermain saja. Sesekali menyingkir karena ada kendaraan yang lewat. Saya suka main bulu tangkis. Saya masih ingat waktu Susi Susanti dan Alan Budikusuma memenangkan piala emas di Olimpiade, sedikit banyak mereka mengilhami cita-citaku ini. Tetapi, kemudian cita-cita ini terkubur pelan-pelan dikarenakan saya tidak bisa smash.
Kemudian, saya ingin menjadi detektif. Menurut saya detektif itu cerdas dan berinsting, kira-kira seperti itulah bahasanya. Saya melahap semua buku detektif sebangsa Lima Sekawan, Trio Detektif, karya-karya Bung Smas terutama serial Noni, Agatha Christie, dan masih banyak lagi buku-buku lain dimana kita bisa ikut di dalam cerita dan menebak siapa yang menjadi penjahat. Sampai sekarang saya sangat tertarik hal-hal yang berkaitan dengan teka-teki, simbol-simbol, dan keranjingan game pc misteri semacam Nancy Drew Series, Nibiru, Sherlock Holmes (serius game ini susah sekali!).
Cita-cita besar selanjutnya, saya ingin menjadi, silahkan tertawa, ballerina. Saya suka menggerakkan badan. Serius. Saya suka sekali bentuk sepatu ballet atau point shoes, sepatu yang digunakan untuk berdiri di ujung kaki. Keren! Ini gara-gara, komik Jepang Mari-chan yang baru-baru saja muncul waktu saya duduk kelas 3 SD. Yah, walaupun saat itu saya masih muda, belum 10 tahun, tapi badan saya sudah sekeras batu. Cium lutut saja sudah tidak bisa. Betul-betul sekeras kayu. Apalagi dulu, tidak ada sanggar ballet di Makassar, terurunglah sudah.
Kemudian, Rosa Amelia masuk di masa-masa kegelapan tidak punya cita-cita. Sibuk bersenang-senang. Mengumpulkan buku-buku tulis tebal dan bertukar catatan harian dengan teman, memiliki diary bersama. Kelas 3 SMP, saya jatuh cinta dengan serial ER (Emergency Room) yang diputar di Indosiar. Saya senang melihat semangat dokter-dokter di ruang gawat darurat. Bagaimana mereka betul-betul berusaha setengah mati untuk menyelamatkan nyawa manusia. Tidak peduli manusia-manusia itu berasala darimana. Dokter-dokter yang mungkin juga lupa untuk tidur karena terlalu sibuk menolong orang lain. Kemudian saya bertekad, saya ingin seperti mereka. Oke, itu terlalu muluk. Saya ingin menjadi seperti salah satu dari mereka. Dan Dr. Benton-lah pilihan saya pada waktu itu. Dokter laki-laki kulit hitam, yang jarang tersenyum dan merupakan dokter spesialis bedah. Saya ingin seperti dia.
Ini salah satu sifat saya yang susah berubah, saya orangnya tidak ngoyo. Kurang berusaha setengah mati untuk meraih cita-cita saya. Misalnya dengan memperdalam pelajaran Biologi, merupakan alias untuk memulai menyukai Biologi. Astaga, mengapa kita harus jago Biologi untuk bisa menjadi dokter. Saya sangat tidak suka Biologi. Menurut saya Biologi itu pelajaran yang sangat privat. Cocoknya diajarkan di les-les privat, bukannya di depan kelas. Belum lagi hapalannya yang banyak. Dan saya selalu kagum dengan guru-guru Biologi saya di SMA yang CBSA (Catat Buku Sampai hAbis) dan HBSA (Hapal Buku Sampai hAbis). Sampai ada yang senang sekali menyiksa kami dengan pre-tes sebelum pelajaran dimulai. Urgh.. Penyiksaan lahir-batin. Walhasil, saya dua kali ditolak untuk masuk kedokteran di tahun yang sama. Pupus sudah. Seperti asap rokok yang diam-diam menyelinap di sela-sela lubang udara kamar kemudian ikut berbaur dengan udara yang ada di luar kamar.
Sekarang di sinilah saya, dan menyadari kalau ternyata cita-cita saya dahulu lebih banyak dipengaruhi oleh orang lain. Lebih ingin kelihatan keren. Saya rasa lucu.
Sampai sekarang pun saya masih punya cita-cita. Cita-cita yang mungkin tidak terlalu keren. Setidaknya masih berusaha untuk terus diraih. Bukan dalam bentuk profesi. Bukan cita-cita yang mungkin akan tercapai jika sudah tidak berada di dunia ini. Sebuah cita-cita sederhana untuk membuat-seperti yang Michael Jackson katakan- Bumi sebagai tempat yang layak huni.

Pssst...
Sebenarnya cita-cita yang terpendam adalah menjadi pembawa acara Wisata Kuliner. Sudah jalan-jalan, makan-makan, masuk tv, dibayar lagi...Keren!!